- Geografi
dan Demografi
Keberadaan status
provinsi, bagi Nusa Tenggara Barat tidak datang dengan sendirinya. Perjuangan
menuntut terbentuknya Provinsi NTB berlangsung dalam rentang waktu yang sangat
cukup lama. Provinsi NTB sebelumnya sempat menjadi bagian dari Negara Indonesia
Timur dalam konsepsi Negara Republik Indonesia Serikat saat itu, dan menjadi
bagian dari Provinsi Sunda kecil setelah pengakuan kedaulatan Republik
Indonesia.
Seiring dinamika zaman
dan setelah mengalami beberapa kali proses perubahan sistem ketatanegaraan
pasca diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia, barulah terbentuk
Provinsi NTB. NTB, secara resmi mendapatkan status sebagai provinsi sebagaimana
adanya sekarang, sejak tahun 1958, berawal dari ditetapkannya Undang-undang
Nomor 64 Tahun 1958 Tanggal 14 Agustus 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Swatantra Tingkat I Bali, NTB dan NTT, dan yang dipercayakan untuk memimpin menjadi
Gubernur pertamanya adalah AR. Moh. Ruslan Djakraningrat.
Walaupun secara yuridis
formal Daerah Tingkat I NTB yang meliputi 6 Daerah Tingkat II dibentuk pada
tanggal 14 Agustus 1958, namun penyelenggaraan pemerintahan berjalan
berdasarkan Undang- undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 Tahun 1950, dan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah.
Keadaan yang tumpang tindih ini berlangsung hingga tanggal 17 Desember 1958,
ketika Pemerintah Daerah Lombok dan Sumbawa dilikuidasi. Hari likuidasi inilah
yang menandai secara resmi terbentuknya Provinsi NTB. Zaman terus berganti,
konsolidasi kekuasaan dan pemerintahanpun terus terjadi.
Berdasarkan
data penduduk Dana Alokasi Umum (DAU) 2013 jumlah penduduk Nusa Tenggara Barat
mencapai 4.630.302 jiwa. Dengan rincian,
laki-laki sebanyak 2.244.721 jiwa dan perempuan sebanyak 2.385.581 jiwa, dengan
rasio jenis kelamin sebesar 94,10.
Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kabupaten Lombok Timur dan yang terkecil
di Kabupaten Sumbawa Barat. Jumlah rumah tangga di Provinsi NTB adalah
1.296.432 rumah tangga dengan rata-rata anggota rumah tangga sebesar 3,57
orang. Bila dilihat menurut kelompok umur komposisi penduduk Provinsi NTB
berbentuk pyramid dengan komposisi penduduk terbanyak pada umur 0 - 4 tahun
yaitu sebanyak 489.623 jiwa terkecil pada kelompok umur 60 –64 tahun. 1
1)
BPS NTB, Nusa Tenggara Barat Dalam Angka
( NTB: BPS NTB, 2014) h. 07
Lebih
rinci sebaran jumlah penduduk menurut
Kabupaten / Kota
1. Lombok Barat : 620 412
2. Lombok Tengah : 881 686
3. Lombok Timur :1130
365
4. Sumbawa :
426 128
5. Dompu :
226 218
6. Bima :
450 976
7. Sumbawa Barat : 121 167
8. Lombok Utara : 205 064
9. Kota Mataram : 419 641
10
Kota Bima : 148 645
Jumlah penduduk mencapai 4.630.302
Sumber
: Penduduk DAU 2013
- Pribumisasi
Islam Di Lombok NTB
Mojopahit adalah kerajaan Hindu Jawa
pertama yang menaklukan Lombok pada abad VIII sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa
Maha Patih Gajah Mada . Penaklukan Gaja Mada ini meninggalkan jejak
kerajaan Gelgel di Bali, sedangkan di Lombok dalam
perkembangannya meninggalkan jejak berupa empat kerajaan utama saling
bersaudara, yaitu Kerajaan Bayan di barat, Kerajaan Selaparang di timur,
Kerajaan Langko di tengah dan Kerajaan Pejanggik di selatan. Kemajuan Kerajaan
Selaparang ini membuat kerajaan Gelgel di Bali merasa tidak senang. Gelgel yang
merasa sebagai pewaris Majapahit, melakukan serangan ke Kerajaan Selaparang
pada tahun 1520, akan tetapi menemui kegagalan. Mengambil pelajaran dari
serangan yang gagal pada 1520, Gelgel dengan cerdik memaanfaatkan situasai
untuk melakukan infiltrasi dengan mengirimkan rakyatnya membuka pemukiman dan
persawahan di bagian selatan sisi barat Lombok yang subur. Namun niat Kerajaan
Gelgel untuk menaklukkan Kerajaan Selaparang terhenti karena secara internal
kerajaan Hindu ini juga mengalami stagnasi dan kemunduran sendiri.
Kerajaan Islam Jawa yang meruntuhkan
kekuasaan Hindu Mojopahit datang menguasai Lombok pada abad XVI. Peninggalan
pengaruh Hindu Jawa dan Islam Jawa masih dapat ditemukan di Sembalun, sebuah
desa yang terletak di bagian utara gubug Kecamatan Aikmel Lombok Timur. Di
sembalun terdapat makam keramat yang dipercaya sebagai tempat peristirahatan
terakhir keturunan Majapahit. Meski sekarang sebagian besar masyarakat Sembalun
beragama Islam, ciri ciri budaya mereka seperti music, tarian, bahasa, pakian,
memperlihatkan kemiripan yang nyata dengan budaya Hindu Bali.1=islam sasak
286
Hubungan antar kerajaan kerajaan
Islam lebih banyak terletak dalam bidang budaya dan keagamaan. Samudera Pasai
dan kemudian Aceh yang dikenal dengan Serambi Makkah menjadi pusat pendidikan
dan pengajaran Islam. Dari sini ajaran ajaran Islam tersebar keseluruh pelosok
Nusantara melalau karya karya ulama dan murid muridnya yang menuntuk
2) Erni Budiwanti, Islam Sasak: Wetu Telu versus Waktu Lima
(Yogyakarta:LKIS,2000) h.286
kesana. Demikian pula halnya dengan
Giri di Jawa Timur terhadap daerah daerah di Indonesia bagian Timur.3
yatim 225
Setelah menaklukan kerajaan Hindu
Mojopahit, Penguasa Islam Jawa Susuhanan Ratu Giri mengirimkan Datu Bandan Ke
Makasar, Tidore, Seram dan Pangeran Prapen (Putra Susuhan Ratu Giri) ke Lombok
dan Sumbawa. Pangeran Prapen tiba dilabuhan Carik-pelabuhan laut Anyar-sekarang
kota Kecamatan Bayan, dimana ia dan yang lain menyebarkan ajaran sufi mistik
Islam pada orang Sasak asli di Bayan, yang pada waktu itu mempraktekkan
campuran animisme, Hindu dan Budha. Dari Lombok Pangeran Prapen melanjutkan
perjalanan untuk menyebarkan misinya ke Sumbawa dan Bima. Tetapi ketika ia
meninggalkan Lombok para wanita Sasak kembali menganut paganisme dan kemudian
juga diikutin oleh kaum prianya.
Hal ini yang membuat Pangeran Prapen
setelah menaklukan Sumbawa dan Bima kembali lagi ke Bayan untuk menundukkan dan
mengislamkan kembali dengan dibantu oleh Pangeran dari Sasak yaitu Raden
Sumbulia dan Raden Salut dengan mengatur gerakan dakwah baru, sementara Sasak
Boda adalah yang lari kepegunungan dan tetap tidak terislamkan. Pangeran Prapen
mempercayakan misinya kepada kedua bangsawan tersebut. Saat inilah Pangeran
Prapen membuka hubungan dengan beberapa negeri melalui perdagangan mulai
dikembangkan terutama dengan pedagang kerajaan Demak dan kerajaan Islam
lainnya. Kemudian pergi ke Bali untuk meneruskan penyebaran Islam dan mendapat
perlawanan sengit dari Raja Klungkung Dewa Agung, gagal menundukkan dan
mengislamkan Raja Dewa Agung selanjutnya Pangeran Prapen kembali ke Giri Gresik
Jawa Timur.
Adapun praktek praktek Islam Wetu
Telu
a)
Konsep
Kosmologis Tentang Wetu Telu
Tidak setiap anggota
komunitas Bayan dapat memberikan intepretasi atau makna yang rasional tentang
keyakinan dan ibadah mereka. Pengetahuan agama dan tradisi adalah hal yang
esoteric dan hampir semua dipegang oleh mereka yang mempunyai kedudukan dan
peran penting dalam komunitas itu. Mereka dipandang sebagai sumber atau
institusi yang legitimate yang bisa dijadikan rujukan orang awam jika
diperlukan. Tokoh yang dimaksud adalah Pemangku Adat Bayan Agung pemegang
struktur tertinggi adat yang tinggal di kampu Bayan Timur, Pemangku Karangbajo
dan Penghulu.
Kalau orang orang Waktu
Lima menafsirkan Wetu Telu sebagai waktu tiga dan mengaitkan makna ini dengan
reduksi seluruh ibadah Islam menjadi tiga, orang Bayan menolak tafsiran itu.
Pemangku mengatakan” wetu sering dikacaukan dengan waktu. Wetu berasal dari
kata metu yang berarti muncul atau dating dari, sedangkan telu artinya tiga.
Secara simbolis hal ini mengungkapkan bahwa semua makhluk hidup muncul (metu)
melalui tiga macam system reproduksi: i) melahirkan (menganak) seperti manusia
dan mamalia ii) bertelur (menteluk) seperti buruang dan iii) berkembang biak
dari benih dan buah (mentiuk) seperti biji bijihan, sayuran, buah buahan dan
tumbuhan lainnya. Menganak, mentiuk dan menteluk secara
3) Yatim,Badri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta, Rajawali Press,2002.) h. 225
simbolis
merepresentasikan makna harfiah wetu atau metu telu. Tetapi focus kepercayaan
Wetu Telu tidak terbatas hanya pada system reproduksi. Kata tersebut memiliki
makna yang lebih rumit. Wetu Telu tidak hanya menunjuk pada tiga macam system
reproduksi, melainkan juga menunjuk pada Kemahakuasaan Tuhan yang memungkinkan
makhluk hidup untuk hidup dan mengembangbiakkan diri melalui mekanisme
reproduksi tersebut.
Wetu Telu juga
melambangkan ketergantungan makhluk hidup satu sama lain. Untuk menerangkan hal
ini, ia membagi wilayah kosmologis menjadi jagad kecil dan jagad besar. Jagad
besar juga ia sebut sebagai mayapada atau alam raya yang terdiri dari dunia,
matahari, bulan, bintang dan planet lainnya, sedangkan manusia dan makhluk
lainnya merupakan jagad kecil yang selaku makhluk sepenuhnya tergantung pada
alam semesta. Ketergantungan semacam itu menyatukan dua dunia tersebut dalam
suatu keseimbangan dan arena itulah tatanan alam (kosmologis) bekerja. Islam
Wetu Telu percaya Kemahakuasaan Tuhan yang menggerakkan ketergantungan antar
makhluk.
Pemangku Adat Bayan
Agung menjelaskan bahwa unsur unsur penting yang tertanam dalam ajaran Wetu
Telu adalah:
i.
Rahasia atau
asma yang mewujud dalam panca indera tubuh manusia.
ii.
Simpanan ujud
Allah yang termanifestasikan dalam Adam dan Hawa secara simbolis Adam
mempresentasikan garis aayah atau laki laki, sementara Hawa merepresentasikan
garis ibu atau perempuan masing masing menyebarkan empat organ pada tubuh
manusia.
iii.
Kodrat Allah
adalah kombinasi 5 indera (berasal dari Allah) dan 8 organ yang diwarisi dari
Adam (garis laki laki) dan Hawa (garis perempuan. Masing masing kodrat Allah
bias ditemukan dalam setiap lubang yang ada di tubuh manusia dari mata hingga
anus.
Pemangku menyimpulkan
bahwa iman kepada Allah, Adam dan Hawa adalah pusat keyakinan Wetu Telu,
sebagaimana yang tertulis di Lontar Layang Ambia yang berbahasakan Jawa tidak
Arab, Lontar itu menuliskan bahwa Tuhan menciptakan tubuh Adam dari segenggam
tanah liat dan pada hari keenam Dia meniupkan roh ke kepala Adam. Lalu Adam
menjadi makhluk hidup. Pemangku menjelaskan bahwa Hawa diciptakan dari bagian
tubuh Adam tetapi dia tidak menjelaskan bagian tubuh Adam mana yang diambil
untuk menciptakan Hawa.
b)
Pemahaman atas
Dunia Roh
Konsep ideologis dan
kosmologis masyarakat Wetu Telu Bayan tidak mudah bersanding dengan keyakinan
pada keesaan Tuhan. Agama mereka mengakui roh leluhur dan juga makhluk halus
yang menempati benda benda mati yang disebut penunggu, meski begitu semua itu
memiliki kekuatan supranatural yang tunduk kepada Tuhan.
Pemangku Adat Bayan
Agung menjelaskan bahwa leluhur orang Bayan hidup di dunia roh di sebut alam
halus yang suci dan keramat. Dunia itu bertolak belakang dengan alam kasar,
dunia kehidupan yang tidak suci dan profane.
Pemangku mengatakan
bahwa kematian hanya menyangkut badan kasar (raga). Badan kasar yang dikubur
menjadi debu, tetapi badan halus tetap hidup dan berpindah kedunia lain yang
dinamakan alam halus, untuk mencapai alam ini orang yang sudah meninggal harus
mengalami ritual ritual pasca kematian(gawe pati) yang dilaksanakan pada hari
ketiga, ketujuh, kesembilan, keempat puluh, keseratus, keseribu setelah
pemakamannya. Karena roh halus hidup di alam halus, orang bayan menganggap
leluhur mereka mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan. Mereka
memandang para leluhur itu sebagai perantara yang bisa berhubungan dengan Tuhan
mewakili mereka. Mereka percaya para leluhur bisa membawa berkah Tuhan, maupun
memberikan perlindungan terhadap anak keturunan terutama dalam hal kesejahteraan.4
c)
Ritual Wetu Telu
Pada umumnya orang
Bayan menghormati hari hari besar Islam, akan tetapi ritus ritus ini sudah
sangat diwarnai dengan ciri khas adat local, seperti halnya orang Bayan Mauludan
bertepatan dengan hari lahirnya Nabi Muhammda SAW. akan tetapi tokoh focus
muludan Islam Wetu Telu adalah Nabi Adam AS. dan Hawa. Sisi lain Islam Wetu
Telu memperhitungkan waktu berdasar siklus 8 tahunan yang tidak dikenal dalam
Islam universal, tahun itu meliputi Tahun Alip, Tahun Ehe, Tahun Jimawal, Tahun
Dal, Tahun Be, Tahun Ce, Tahun Wau, dan Tahun
Jimahir. Orang orang Bayan dalam menentukan kalender Islam dan waktu
ditentukan sendiri menggunakan naptu (perhitungan tradisional) berbeda dengan
Waktu Lima yang lebih mengikuti Departemen Agama.
Masyarakat Bayan tidak
puasa Ramadlon sepenuhnya, tetapi mereka menjalankan Teraweh di Masjid Kuno
sejak permulaan hingga akhir Ramadlon walaupun cuma dihadiri para Kyai saja,
Pemangku dan para wanita tidak ikut sholat. Bahkan wanita dilarang memasuki
masjid karena keyakinan bahwa darah haid akan mengotori tempat suci tersebut.
Pada hari keenambelas Ramadlon orang Bayan melaksanakan Maleman Qunut, ini
adalah peringatan menandai keberhasilan melalui separuh bulan. Selanjutnya
masyarakat Bayan memasuki maleman pitrah dan lebaran tinggi, baru setelah itu
enam harinya melakukan lebaran topat dengan bersamaan melakukan sembahyang
Qulhu yang tidak kita kenal di Islam Waktu Lima.
d)
Perkawinan Islam
Sasak
Secara
umum komunitas Wetu Telu terdiri atas kelompok bangsawan(Perwangsa dan orang
biasa(jajarkarang). Kaum bangsawan melalui pranata perkawinan mencegah saudara
perempuan dan anak perempuan agar tidak kawin dengan pria dari tingkatan lebih
rendah. Dalam perkawinan oaring Bayan mensaratkan maskawin, karena perkawinan
orang Bayan dipahami sebagai kawin lari maka maskawin disebut hadiah kawin lari
(sajikrama) yang ditentukan berdasarkan status mempelai Wanita. Adat Bayan
mengawali perkawinan bukannya melamar seorang gadis melalui orang tuanya,
melainkan melibatkan pertemuan
4)
Erni Budiwanti, Islam Sasak: Wetu Telu versus Waktu Lima, op.cit. h.145
rahasia
dengan sigadis dan membawanya kabur di malam hari menuju suatu tempat
persembunyian. Adat ini memberikan tekanan yang lebih berat pada para wanita
bangsawan, hal ini mengakibatkan sejumlah wanita tidak kawin (dedare) karena
biaya kawin lari yang harus dibayar jumlahnya terlampau mahal.
- Ulama Ulama Berpengaruh Dari NTB
1)
Syaikh
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
Syaikh Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid adalah seorang tokoh terkenal di Pulau Lombok bahkan Nusa Tenggara Barat.
Di pulau Lombok, sebutan Syaikh lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru. Tuan
Guru ini identik dengan Kyai di Jawa. Sehingga di depan nama Beliau ini
biasanya dituliskan singkatan TGKH (Tuan Guru Kyai Haji). Sehingga dalam
penulisan nama Beliau di berbagai tempat secara lengkapnya adalah TGKH Syaikh
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Maulana al-Syaikh Tuan Guru Kyai
Hajji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (disingkat menjadi Hamzanwadi = Hajji
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah) lahir di
desa Pancor, Lombok Timur, 5 Agustus 1898 – meninggal di tempat yang sama pada
21 Oktober 1997 Masehi / 19 Jumadil Tsani 1418 Hijriah dalam usia 99 tahun
menurut kalender Masehi, atau usia 102 tahun menurut Hijriah. Beliau adalah
pendiri Nahdlatul Wathan, organisasi massa Islam yang terbesar di provinsi Nusa
Tenggara Barat / NTB. Pendidikan Agama di Makkah Al Mukarromah Pendidikan dasar
Beliau diselesaikan di Kampung Bermi Desa Pancor, Kabupaten Lombok Timur, NTB
(tempat penulis tinggal saat ini). Saat Beliau berusia 15 tahun (tahun 1923 M),
beliau dikirim oleh ayahandanya Tuan Guru Abdul Madjid untuk belajar agama di
Makkah Al Mukarromah. Di Makkah, beliau belajar di Madrasah Ash Shaulatiyah
yang dipimpin oleh Syaikh Salim Rahmatullah.
Dengan kecerdasan yang luar biasa,
TGKH. Muhammad Zainuddin berhasil menyelesaikan studi dalam waktu hanya 6
tahun, padahal normalnya adalah 9 tahun. Dari kelas 2, diloncatkan ke kelas 4,
kemudian loncat kelas lagi dari kelas 4 ke kelas 6, kemudian pada tahun-tahun
berikutnya naik kelas 7, 8 dan 9. Beliau tamat dari Madrasah Shaulatiyah dengan
predikat Mumtaz (summa cumlaude).
Perjuangan dan Dakwah Sepulangnya
Beliau dari Makkah pada tahun 1934, Beliau mendirikan Madrasah Al Mujahidin
(1934 M), dan kemudian pada tahun 1937 mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan
(disingkat NW). Madrasah inilah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya
organisasai agama terbesar di NTB yaitu Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan (NW),
yang menjadi perintis dan penggerak sosial keagamaan di Lombok dan Sumbawa.
Bahkan saat ini, murid-murid Beliau sudah banyak yang berdakwah dan mendirikan
Madrasah NW di berbagai daerah di Indonesia seperti NTT, Bali, Jawa Timur, Jawa
Barat, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi, Kalimantan, bahkan sampai ke mancanegara
seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan lain sebagainya. Pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang, madrasah NW menjadi penggerak dan markas
perjuangan melawan penjajah. Beliau bersama adiknya Tuan Guru Haji Muhammad
Faisal bertempur dan menyerbu tentara NICA di Kota Selong. Namun akhirnya adik
Beliau gugur di medan pertempuran. Pengabdian untuk Masyarakat dan Negara
Maulana Syaikh Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah sosok ulama yang jenius,
kharismatik, ikhlas, dan bersahaja. Beliau juga sangat berjasa untuk bangsa
ini.
Berikut ini jejak dan kiprah-kiprah
beliau. Pada tahun 1934 mendirikan pesantren al-Mujahidin Pada tahun 1937
mendirikan Madrasah NWDI Pada tahun 1943 mendirikan madrasah NBDI Pada tahun
1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok Pada tahun 1946 pelopor
penggempuran NICA di Selong Lombok Timur Pada tahun 1947/1948 menjadi Amirul
Haji dari Negara Indonesia Timur Pada tahun 1948/1949 menjadi anggota Delegasi
Negara Indonesia Timur ke Arab Saudi Pada tahun 1950 Konsulat NU Sunda Kecil
Pada tahun 1952 Ketua Badan Penasehat Masyumi Daerah Lombok Pada tahun 1953
mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan Pada tahun1953 Ketua Umum PBNW Pertama
Pada tahun 1953 merestui terbentuknya partai NU dan PSII di Lombok Pada tahun
1954 merestui terbentuknya PERTI Cabang Lombok Pada tahun 1955 menjadi anggota
Konstituante RI hasil Pemilu I (1955) Pada tahun 1964 mendirikan Akademi
Paedagogik NW Pada tahun 1964 menjadi peserta KIAA (Konferensi Islam Asia
Afrika) di Bandung Pada Tahun 1965 mendirikan Ma'had Dar al-Qu'an wa al-Hadits
al-Majidiyah Asy-Syafi'iyah Nahdlatul Wathan Pada tahun 1972-1982 sebagai
anggota MPR RI hasil pemilu II dan III Pada tahun 1971-1982 sebagai penasihat
Majlis Ulama' Indonesia (MUI) Pusat Pada tahun 1974 mendirikan Ma'had li
al-Banat Pada Tahun 1975 Ketua Penasihat Bidang Syara' Rumah Sakit Islam Siti
Hajar Mataram (sampai 1997) Pada tahun 1977 mendirikan Universitas Hamzanwadi
Pada tahun 1977 menjadi Rektor Universitas Hamzanwadi Pada tahun 1977
mendirikan Fakultas Tarbiyah Universitas Hamzanwadi Pada tahun 1978 mendirikan
STKIP Hamzanwadi Pada tahun 1978 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah
Hamzanwadi Pada tahun 1982 mendirikan Yayasan Pendidikan Hamzanwadi Pada tahun
1987 mendirikan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram Pada tahun 1987 mendirikan
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Hamzanwadi Pada tahun 1990 mendirikan Sekolah Tinggi
Ilamu Dakwah Hamzanwadi Pada tahun 1994 mendirikan Madrasah Aliyah Keagamaan
putra-putri Pada tahun 1996 mendirikan Institut Agama Islam Hamzanwadi.
Selain berdakwah secara langsung
dengan berkeliling di seluruh NTB, beliau juga produktif menulis. Bahkan hingga
saat ini, beberapa karya Beliau selalu diamalkan oleh kaum Nahdliyyin (pengikut
NW) yang dibaca setiap malam Senin dan Jumat di kampung-kampung di sebagian
besar wilayah Lombok. 1352043734678145174 Kitab Hizib Nahdlatul Wathan yang
selalu dibaca oleh Kaum NW (sumber: dokumen pribadi) Berikut ini karya-karya
Beliau: Dalam bahasa Arab Risalah al-Tauhid Sullam al-Hija Syarah Safinah
al-Naja Nahdlah al-Zainiah At Tuhfah al-Amfenaniyah Al Fawakih al-Nahdliyah
Mi'raj al-Shibyan ila Sama'i Ilm al-Bayan Al-Nafahat ‘ala al-Taqrirah
al-Saniyah Nail al-Anfal Hizib Nahdlatul Wathan Hizib Nahdlatul Banat Tariqat Hizib
Nahdlatul Wathan Shalawat Nahdlatain Shalawat Nahdlatul Wathan Shalawat Miftah.
Beliau wafat pada tanggal 21 Oktober
1997 Masehi (20 Jumadil Akhir 1418 H) dalam usia 99 tahun. Beliau adalah ulama
pewaris para nabi. Beliau sangat berjasa dalam mengubah masyarakat NTB dari
keyakinan semula yang mayoritas animisme dan paganisme menuju masyarakat NTB
yang islami. Buah perjuangan Beliau juga lah yang menjadikan Pulau Lombok
sehingga dijuluki Pulau Seribu Masjid. Karena di seluruh kampung di Lombok
pasti kita temukan masjid untuk tempat ibadah dan acara sosial, baik yang
berukuran kecil maupun besar.5
2)
Syaikh Ahmad Tretetet
Di
Desa Karang Kelok, Kelurahan Monjok, Kota Mataram. Tampak bangunan bercat biru
berada di area pemakaman yang rimbun oleh pepohonan besar. Bangunan biru itu
dikelilingi pagar kayu dan sejumlah makam lain.
Terpampang
tulisan “Makam Datuk Assyaikh Tuan Guru Haji Ahmat Tretetet bin Tuan Guru Haji
Umar Kelayu” pada pintu satu-satunya di depan bangunan biru itu. Begitu pintu
dibuka, bau wangi langsung menyeruak dari dalam ruangan. Di dalam ruangan
berukuran 4 x 4 meter itu, terdapat makam bertutupkan kain hijau yang kedua
nisannya terbungkus kain putih. Di atas makam, terdapat kendi yang terbuat dari
tanah liat berisi air.
Tumpukan
Al-Quran dan tasbih menghiasi dinding ruangan. Tak jauh dari situ, terpasang
bingkai foto bergambar seseorang berpakaian putih dan bersorban putih. Meski
pakaiannya terlihat lusuh, sosok bersorban itu tampak tersenyum ramah.
Sosok
dalam bingkai foto itu adalah Tuan Guru Haji Ahmat Tretetet, ulama kharismatis
yang dimakamkan di situ. Tretetet yang wafat pada 19 Desember 1985, disapa oleh
warga Lombok, Nusa Tenggara Barat, dengan sebutan Tuan Guru Tretetet.
“Masyarakat menyebutnya ‘Tretetet’ karena bibirnya selalu mengeluarkan suara
‘tretetet.’ Dia juga biasa mengucapkan kata ‘halal’ sambil tertawa lucu.
Keberadaan
makam Ahmat Tretetet cukup mengundang banyak peziarah, baik dari
Lombok maupun daerah lain seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, bahkan Jakarta.
Meski begitu, warga di sekitar makam melarang para peziarah untuk membawa
benda-benda seperti saji, kemenyan, dan kembang. Hal itu demi menjaga agar
orang-orang tidak menganggap makam itu sebagai tempat kramat.
Peziarah
warga Kota Mataram, sering mengunjungi makam Syaikh Tretetet, hal Itu dilakukan
sebagai bentuk kekagumannya terhadap tokoh spiritual yang dikenal dengan
kesederhanaannya itu. Tuan Guru Tretetet adalah sosok yang misterius. Tretetet
dikenal sebagai ulama yang berbeda dengan ulama lainnya pada zaman itu. Sebab,
selain tidak memiliki murid atau santri seperti kyai-kyai pada umumnya, dia
juga selalu berkelana. Ajarannya cuma satu, yakni jangan pernah lalai
menjalankan salat lima waktu.
Selama
hidupnya, Tretetet dikenal sebagai ulama yang senang dengan anak kecil. Bahkan,
tidak jarang dia memberikan sesuatu kepada anak-anak yang ditemuinya di
perjalanan.
5) www.kompasiana.com/subkioke/syaikh-zainuddin-abdul-madjid-ulama-kharismatik-dan-jenius-dari-pulau-lombok-kandidat-pahlawan-nasional_5518d71581331140719de112
di akses Minggu, 17 Januari 2016
Tretetet
juga dikenal sebagai orang yang santun dan murah senyum. Namun, jika ada
keinginannya tidak dipenuhi oleh seseorang, orang tersebut akan mendapat
malapetaka. Kemampuannya itulah yang mengundang banyak tokoh ingin berguru
dengannya. Tapi hingga akhir hayatnya, Tretetet tak memikiki murid seorang pun.
“Dia tidak pernah pergi mengajar. Tapi banyak yang datang untuk menuntut ilmu
darinya. Setiap orang yang datang kepadanya selalu disambut senyum dan tawa.
Makam Ahmat Tretetet, lanjutnya,
juga pernah didatangi penjabat pemerintahan. Meski banyak dikunjungi orang,
hingga kini makam Tretetet tetap sederhana. Dengan ilmu dan amalnya, warga
setempat mengenang Tretetet sebagai contoh manusia yang bermanfaat bagi manusia
lain.6
3)
Tuan Guru Turmuzi
Tuan
Guru Muhammad Turmuzi Badruddin lahir pada tahun 1937 di Desa Bagu,
Pringgarata, Lombok Tengah, NTB. Turmudzi kecil dilahirkan dari lingkungan
keluarga ningrat bangsawan.
Keluarga
Tuan Guru Turmuzi dikenal sebagai keluarga santri tulen. Sebagaimana penuturan
Turmudzi, datuknya pernah merintis pengajaran kitab kuning di Bagu Dasan. Tentu
saja ini tidak merupakan pertanda bahwa benih-benih atau akar-akar pemunculan
sebuah pesantren di Desa Bagu sudah tergambar sebelumnya.
Pengajaran
kitab kuning yang dilakukan oleh datuknya saat itu belum terkoordinir dengan
rapi dan sistematis sehingga ketika datuknya wafat, maka aktivitas pembelajaran
kitab kuning pun berhenti begitu saja. Turmudzi diandalkan untuk mewarisi
tradisi keagamaan di Bagu.
Semenjak
pulang dari Makkah, aktivitas TGH. Turmuzi cukup padat mulai dari aktivitas
pendidikan, dakwah dan sosial kemasyarakatan lainnya.
Sudah
jamak bahwa dalam pandangan masyarakat Sasak, seseorang yang berhak
menyandang gelar Tuan Guru adalah orang yang pernah menimba ilmu dan menetap
(mukim) di Makkah dalam waktu yang cukup lama dan dianggap menguasai
seperangkat ilmu agama.
Mereka secara informal disyaratkan untuk bermukim di Makkah al-Mukarramah sambil melanjutkan studinya bersama ulama-ulama dunia dan Indonesia yang menjadi guru besar di Masjidil Haram seperti Syekh Ahmad Khatib Al- Minangkabawi, Syek Nawawi Al-Bantani, Syekh Banjari dan lain-lain, di samping guru besar dari kalangan bangsa Arab (Mahmud Yunus, 1966).
Mereka secara informal disyaratkan untuk bermukim di Makkah al-Mukarramah sambil melanjutkan studinya bersama ulama-ulama dunia dan Indonesia yang menjadi guru besar di Masjidil Haram seperti Syekh Ahmad Khatib Al- Minangkabawi, Syek Nawawi Al-Bantani, Syekh Banjari dan lain-lain, di samping guru besar dari kalangan bangsa Arab (Mahmud Yunus, 1966).
6)
www.nasional.news.viva.co.id/news/read/237919-syaikh-ahmat-tretetet-yang-misterius
di akses Minggu, 17 Januari 2016.
Tuan
Guru di Lombok, memang rata-rata sudah merasakan iklim akademik di Makkah yang
dikenal sebagai pusat ilmu-ilmu agama Islam.7
4)
Syaikh Abdul Ghani Al Bimawi Al Makki
Syaikh Abdul Ghani merupakan
seoarang salah seoarang keturunan Ulama Bima yang memang sejak kecil tumbuh
dilingkungan yang islami. Beliau dilahirkan di Bima pada akhir abad XVIII
Masehi dari ayah yang bernama Syaikh Subuh bin Ismail Al Bimawi.
Setelah menyerap ilmu agama dari
keluarga dan ulama ulama yang ada di sekitarnya, Syaikh Abdul Ghani meminta
izin ayahnya untuk pergi haji yang selanjutnya menuntuk ilmu di Hijaz. Memang
sudah menjadi tradisi baik dikalangan Ulama Nusantara, jika ingin mendalami
Islam secara spesifik dan mendalam maka belajarnya di kampong Al Jawi di Hijaz.
Di Haramain Syaikh Abdul Ghani
belajar kepada ulama ulama yang bertebaran di Serambi Masjidil Haram dengan
halaqoh ilmiahnya seperti Sayyid Muhammad Marzuki, Syaikh Nawawi Al Bantani,
Syaikh Ahmad Marzuki, syaikh Usman Dimyati dan Syaikh Muhammad Said al Qudsi
yang menjadi Mufti Madhab Syafii.
Keilmuan Syaikh Abdul Ghani sudah
sangat menonjol sedari ia masih belajar,dasar dasar ilmu agama Islam diserapnya
dengan baik terlebih Feqih dan Falak, maka tidak mengherankan jika Beliau
ditunjuk oleh para gurunya agar ikut serta mengajar di Masjidil Haram. Sebagai
Pengajar di Masjidil Haram Syaikh Abdul Ghani banyak membantu pelajar pelajar
terutama dari Nusantara, baik dari urusan keilmuan maupun perekonomiannya. Hal
ini disebabkan banyak pelajar Nusantara waktu itu kiriman untuk biaya hidup
pelajar sangat digantungkan melalui titipan Jamaah Haji Nusantara.
Selama mengajar di Masjidil Haram
banyak dikerumuni para pelajar dari penjuru dunia, diantara murid murid Syaikh
Abdul Ghani adalah Syaikh Muhammad Bin Muhammad bin Wasi Al Jawi dan Syaikh
Abdul Hamid bin Ali al Qudsi.
Syaikh Abdul Ghani terkenal sangat
dermawan serta suka membantu sesama,
sampai pada akhir hayatnya Beliau kembali ke Rahmatullah pada 1270 H/
1853 M.8
5)
Syaikh Muhammad Bin Umar Al Sumbawi Al Makki
Semenjak Syaikh Umar Al Sumbawi diangkat
menjadi salah satu ulama yang ikut serta mengajar di Hijaz, Syaikh Umar Al
Sumbawi ingin mencurahkan tenaganya
untuk mendidik pelajar pelajar Nusantara supaya menjadi pelajar yang
militant yang tangguh dalam memperjuangkan Islam termasuk putranya sendiri
yaitu Syaikh Muhammad bin Syaikh Umar
7) www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara
diakses Minggu 17 Januari 2016
8) Amirul Ulum, Ulama Ulama Aswaja Nusantara Berpengaruh Di Negeri Hijaz
( Yogyakarta: Pustaka Ulama, 2015)
h. 233
Al Sumbawi yang lahir apada akhir
abad XIII H. Dengan gemblengan keilmuan yang ditransmisikan Syaikh Umar Al
Sumbawi kepada Syaikh Muhammad, Syaikh Muhammad menjadi ulama yang sangat luas
ilmunya. Memang selain belajar kepada ayahnya Beliau belajar kepada Syaikh
Shaleh Bafadhal, Syaikh Umar Bajunaid dan Syaikh Muhammad Ali al Qudsi.
Setelah Syaikh Muhammad matang dan
luas keilmuannya, Beliau juga diangkat menjadi salah satu pengajar di Masjidil
Haram yang menggantikan posisi ayah Beliau Syaikh Umar Al Sumbawi.
Pengajian yang diselenggarakan
Syaikh Muhammad bin Syaikh Umar Al Sumbawi banyak didatangi para pelajar
terlebih kalangan pelajar Al Jawi. Beliau selain mengajar di Masjidil Haram
Syaikh Muhammad bin Syaikh Umar Al Sumbawi juga mengajar di kediaman beliau
suapaya lebih dekat dengan pelajar pelajar Al Jawi.8
Sumber Sumber:
Yunus,Mahmud. “Sejarah Pendidikan
Islam di Indonesia”, Jakarta:Mutiara Sumber Widya,1995.
Erni Budiwanti, Islam Sasak: Wetu Telu versus Waktu Lima (Yogyakarta:LKIS,2000)
Yatim,Badri, “Sejarah Peradaban
Islam”, Jakarta, Rajawali Press,2002
Amirul Ulum, Ulama Ulama Aswaja Nusantara Berpengaruh Di Negeri Hijaz
Amirul Ulum, Ulama Ulama Aswaja Nusantara Berpengaruh Di Negeri Hijaz
( Yogyakarta: Pustaka Ulama, 2015)
h. 233
www.ntbprov.go.id
www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara
8) Ibid. h. 285
0 komentar :
Posting Komentar